Diberdayakan oleh Blogger.

MY LOVE, MY DREAM, MY PASSION

RSS

My Seminar at Mathematics Education (Digital Assessment)


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Teknologi informasi dan komunikasi telah berkembang sangat pesat, hal ini berdampak dalam segala aktifitas manusia tak terkecuali dalam dunia pendidikan. Perkembangan informasi dan komunikasi yang cepat dan akurat menuntut lembaga pendidikan untuk selalu berinovasi dalam rangka pengembangan kurikulum ataupun pengembangan model–model pembelajaran dan alat evaluasi agar dapat meningkatkan mutu pendidikan dan mampu bersaing dengan negara–negara lain.
Salah satu hal yang dapat kita cermati dari perkembangan teknologi dan informasi adalah dalam perkembangan alat evaluasi. Selama lebih dari seratus tahun, tes berbasis kertas telah menjadi satu-satunya cara untuk menyampaikan hasil belajar siswa. Padahal teknologi yang merupakan bagian dari kehidupan masyarakat dewasa ini berkembang dengan sangat cepat.
In some testing applications, ComputerBased Test (CBT) delivery is gaining popularity over the traditional PaperPencil-Test (PPT) delivery due to the several potential advantages that it offers, such as immediate scoring and reporting of results, more flexible test scheduling, the opportunity to include innovative item formats that are made possible by the use of technology, and reduced costs of test production, administration, and scoring. (Hong Wang dalam Computer-Based & PaperPencil Test Comparability Studies, 2009: 1)

 Hong Wang (2009) menyatakan bahwa tes berbasis komputer lebih lebih menguntungkan daripada tes berbasis kertas. Karena tes berbasis komputer  memiliki beberapa keunggulan, seperti hasil penilaian diberikan secara langsung , jadwal tes berbasis komputer lebih mudah disesuaikan, kesempatan untuk menyertakan format item inovatif yang dimungkinkan oleh penggunaan teknologi, dan mengurangi biaya produksi tes, administrasi produksi, dan penilaian. Pendapat Hong Wang juga diperkuat dengan pendapat Scalise (2006) yaitu,
Technology today offers many new opportunities for innovation in educational assessment through rich new assessment tasks and potentially powerful scoring, reporting and real-time feedback mechanisms.(Scalise dalam Assessment in E-Learning: A Framework for Constructing “Intermediate Constraint” Questions   and Tasks for Technology Platforms, 2006 )

Scalise (2006) menyatakan bahwa dewasa ini teknologi menawarkan banyak keuntungan dan inovasi dalam alat penilaian di bidang pendidikan melalui tugas penilaian yang baru dan berpotensial dalam penskoran, laporan, dan mekanisme umpan balik dalam waktu yang sesungguhnya.
Sekolah sebagai bagian dari masyarakat masa kini, teknologi hendaknya harus menjadi bagian yang terintegrasi di sekolah dan pembelajaran di kelas. Teknologi, khususnya teknologi informasi dan komunikasi, memberikan cara bagaimana mentransfer dan mentransformasikan informasi, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman-pengalaman yang diperlukan oleh peserta didik. Terutama perpaduan teknologi dan informasi dalam alat evaluasi  pendidikan
Mengintegrasikan IT dalam pembelajaran dan penilaian menjadi salah satu kebutuhan mendasar di dunia pendidikan sekarang ini. Salah satu cara pengintegrasian IT dengan penilaian adalah melalui E-assessment (electronic assessment).
In addition, recent surveys indicate that students tested online feel comfortable with taking tests on the computer and tend to prefer it to traditional paper testing (Way, Davis & Fitzpatrick. 2006). These positive trends bode well for the CBT development. (Hong Wang dalam Computer-Based & PaperPencil Test Comparability Studies, 2009: 1)

Hong Wang (2009) menyatakan bahwa hasil survey online menunjukkan siswa merasa nyaman menggunakan tes berbasis komputer daripada tes berbasis kertas. Dengan pengetahuan dan pengalaman konkrit diharapkan dapat membangun persepsi belajar positif dan meningkatkan hasil belajar.
Sementara itu, penilaian hasil belajar atau assessment yang dilakukan di lembaga pendidikan mulai dari jenjang taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi hampir seluruhnya dilakukan oleh guru atau pengajar. Murid jarang sekali dilibatkan secara sadar dalam proses pemberian umpan balik terhadap hasil belajar mereka sendiri. Memang tidak ada yang salah dengan hal ini, karena memang sebagian besar tanggung jawab guru atau pengajar selain dari mengantarkan bahan pelajaran itu sendiri adalah memberikan tes, mengukur dan menilai penguasaan bahan pelajaran murid-murid mereka. Namun ada satu elemen yang sangat sering terlupakan atau jarang dipakai sebagai salah satu jenis penilaian, yaitu penilaian diri sendiri, evaluasi diri atau self-assessment. Murid sebagai salah satu pemeran utama berlangsungnya proses pendidikan seharusnya juga dilibatkan secara aktif dalam pengambilan umpan balik atas pencapaian suatu tujuan pembelajaran.
Menurut Burgess (dalam Pike, 2009), keuntungan dari self assessment, adalah; (1) membantu siswa menjadi lebih kritis mengenai hasil kerjanya; (2) membantu siswa dalam pekerjaannya; dan (4) menjadikannya sebagai bukti dari proses penilaian. Menurut Zulharman (2007), self assessment dapat digunakan untuk membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan menilai serta mengkritisi proses dan hasil belajarnya
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk medeskripsikan makalah seminar pendidikan yang berjudul “ Pemanfaatan E-Assessment sebagai Self Assessment.”
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    E-ASSESSMENT
a.      Pengertian E-Assessment
Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat dan cepat ditandai dengan dengan semuanya menjadi serba elektronik. Di-antaranya :
·                     e-mail                          = Electronics Mail 
·                     e-commerce                = Electronics Commerce 
·                     e-procurement             = Electronics Procurement 
·                     e-government              = Electronics Government 
·                     e-Learning                   = Electronics Learning
·                     e-Assessment               = Electronic Assessment
E - Assessment yang merupakan nama lain dari digital assessment. E-assessment merupakan bentuk dari E-learning (pembelajaran dengan memanfaatkan penggunaan electronic technology) dan distance learning (D-learning/pembelajaran jarak jauh) yang sudah ada. E-assessment atau e-xaminer merupakan bagian dari E-learning dimana pengembangan dan penerapannya difokuskan pada penggunaan electronic berupa komputer. Sementara E-learning merupakan cara baru untuk melakukan pembelajaran distance berbasis komputer dan internet.
E-Assessment dibedakan menjadi dua yaitu CAA (Computer Assisted Assessment) dan CBA (Computer Based Assessment). Perbedaan antara kedua assessment tersebut adalah CBA memiliki interaksi antara siswa dan komputer selama pembelajaran berlangsung dengan adanya feedback langsung, sedangkan CAA lebih umum yaitu dengan melihat proses yang terjadi lewat pembelajaran. Proses dari CAA meliputi membuat rencana, diskusi, hal yang dibangun, pengukuran, analisis, dan refleksi (Smadi, 2008).
Pead (2010) menyatakan bahwa istilah “e-Assessment”  dapat digunakan untuk merujuk ke semua penilaian yang menggunakan teknologi informasi baik sebagian maupun menyeluruh pada aspek-aspek berikut ini:
1.      Pendistribusian materi ke sekolah-sekolah dilakukan secara elektronik
2.      Menampilkan tugas kepada siswa melalui layar computer
3.      Menangkap respon siswa terhadap permasalahan, yang dapat berupa “jawaban” atau untuk yang lebih canggih mampu merekam langkah-langkah yang dikerjakan siswa untuk memperoleh jawaban yang diminta.
4.      Menyediakan sumber-sumber berbasis ICT (seperti sekumpulan data atau simulasi percobaan) atau alat-alat (kalkulator, lembar kerja) yang memfasilitasi siswa dalam perjalanan menyelesaikan permasalahan.
5.      Menandai respon siswa secara otomatis, dengan memberi hasil sesegera mungkin.
6.      Mengembangkan tes unik “sesuai permintaan” dengan mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan yang terkalibrasi dari pusat, menggunakan pemodelan matematika untuk memastikan level kesulitan yang konsisten. Tidak memiliki naskah ujian tahunan, yang harus disimpan denagn aman, memperbolehkan siswa untuk memulai ujian ketika guru merasa siswa sudah siap dan, lebih praktis, membuang keharusan sekolah untuk menyediakan cukup komputer untuk mengakomodasi keseluruhan grup mengikuti tes secara simultan
7.      Mendukung proses penandaan yang lebih manual tradisional (dengan, contohnya, memperbolehkan penanda untuk bekerja di layar, semungkinnya terfokus)

b.      Kelebihan Dan Kekurangan E-Assessment
Adapun alur pengelolaan E-Assessment menurut  Nikolaos Doukas dkk : 2006,

Gambar 2.1 Alur pengelolaan E-Assessment
Berdasarkan alur pengelolaan diatas, Nikolaos Doukas dkk. dalam Advancing Electronic Assessment (Nikolaos Doukas dkk., 2006), menyatakan bahwa kelebihan E-Assessment dibandingkan dengan paper and pencil test adalah:
1.      Penilaian dapat dilakukan dengan mudah, otomatis, dan dapat dilakukan secara terjadwal teratur jika memungkinkan.
2.      Di dalam E-Assessment dapat disisipkan berbagai macam multimedia, seperti video, klip suara, dan lain – lain
3.      Siswa yang mempunyai tulisan yang kurang bagus dapat menghasilkan jawaban tes dalam bentuk dokumen yang bagus.
4.      Hasil dari tes dapat diketahui secara langsung.
5.      E-Assessment sangat ramah lingkungan karena tidak membutuhkan banyak kertas.
6.      Diperkirakan dapat mengikutsertakan lebih banyak pembelajar karena E-Assessment memanfaatkan teknologi yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari
Namun selain memiliki kelebihan seperti yang telah disebutkan sebelumnya, E-Assessment juga memiliki kekurangan dan keterbatasan antara lain:
1.      Kesulitan dalam memakai beberapa tipe pertanyaan, misalnya rumus matematika dengan special equation editor.
2.      Kesulitan dalam E-Assessment dalam beberapa mata pelajaran
3.      E-Assessment memerlukan beberapa perangkat tambahan seperti PCs, LAN, software, dan lain - lain
Tetapi semua keterbatasan tersebut dapat diatasi seiring dengan berkembangnya teknologi. Sebagai contoh, keterbatasan dalam rumus matematika dapat diatasi dengan menggunakan software maple atau mathematica.
c.       Contoh Digital Assessment Matematika
1)      MathAssess Tools
MathAssess Tools  merupakan salah satu E-assessment yang banyak digunakan. MathAssess Tools terdiri dari beberapa bagian yaitu Constructr, Minibix, QTIPlayr, QTIengine, MathQurate dan Jassess. Penjelasan mengenai masing-masing komponen terdapat pada bagan dibawah ini.
Gambar 2.2. Cara kerja MathAssessTools
a)      Minibix
Minibix  merupakan salah satu komponen MathAssess Tools yang berisi item-item soal. Keistimewaan minibix antara lain:
·         Dapat mengetahui kemampuan matematika siswa
·         Dapat menyimpan hasil tes
·         Mempunyai fitur pencarian yang baik
·         Dapat mengedit soal atau item tes
·         Mendukung pembuatan soal yang sesuai dengan taksonomi
·        
Gambar 2.2. tampilan halaman minibix +
Dapat digunakan untuk tes secara online

 




b)      MathQurate
MathQurate merupakan salah satu komponen MathAssess Tools yang digunakan untuk mengubah atau mengedit pertanyaan/item soal.
c)      JAssess
JAssess digunakan sebagai tryout question. JAssess dapat digunakan di komputer atau laptop yang tanpa terhubung dengan internet.
d)     Test Constructor+
Komponen ini menggunakan item dari Minibix dimana telah berbasis taksonomi matematika.

2)      MyMathLab
MyMathLab merupakan program evaluasi online yang memberikan siswa tugas pekerjaan rumah, tes dan kuis. Isi dari tugas-tugas yang diberikan berasal dari buku yang dikeluarkan oleh Pearson, tapi tugas yang ada dapat disesuaikan dengan kebutuhan guru. Ujian online berguna sebagai pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum ujian dimulai, menilai kemajuan siswa selama satu semester dan menilai keefektivitas pembelajaran di akhir semester (post-test).

B.     SELF ASSESSMENT
a.       Pengertian Self Assessment
Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam suatu pembelajaran tidak akan terlepas dari kegitan asesmen atau penilaian. Sa’dijah (2008) menyatakan bahwa asesmen atau penilaian suatu proses pengumpulan informasi yang dilakukan secara sistematis tanpa merujuk pada suatu keputusan nilai. Sedangkan, penilaian menurut Setiawan (dalam Zulrahman, 2007) adalah prosedur pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Asesmen digunakan sebagai cara untuk menginformasikan kepada para siswa tentang bagaimana yang mereka kerjakan atau sebaik apa yang telah mereka lakukan dalam pembelajaran (Garfield, 1994). Assessmen juga merupakan proses memperoleh informasi tentang pengetahuan kemampuan matematika siswa, kemampuan menggunakan matematika, dan kemampuan membuat kesimpulan untuk berbagai tujuan (NCTM, dalam Sa’dijah). Visi penting dari assessmen adalah sebagai suatu proses dinamis yang secara kontinu menghasilkan informasi tentang kemajuan prestasi siswa yang tercantum pada tujuan pembelajaran (Garfield, 1994). Asesmen juga merupakan proses pengumpulan bukti-bukti tentang pengetahuan dan keahlian siswa dan hal ini terintegrasi dengan proses pembelajaran serta sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Menurut Boud (Orsmond, 2004) self assessment adalah keterlibatan pelajar dalam mengidentifikasi kriteria atau standar untuk diterapkan dalam belajar dan membuat keputusan mengenai pencapaian kriteria dan standar tersebut, dengan kata lain self assessment adalah sebuah proses dimana pelajar memiliki tanggung jawab untuk menilai hasil belajarnya sendiri. Menurut Zulharman (2007),  self assessment dapat digunakan untuk membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan menilai serta mengkritisi proses dan hasil belajarnya (penilaian formatif), membantu siswa menentukan kriteria untuk menilai hasil belajarnya, dan sebagai syarat yang diperlukan dalam sebuah proses pembelajaran untuk memutuskan kelulusan (penilaian sumatif). Dari definisi tersebut terdapat beberapa poin penting dalam self assessment yaitu melibatkan siswa, pengidentifikasian kriteria penilaian dan pembuatan keputusan.
b.      Manfaat Self Assessment
Menurut Burgess (dalam Pike, 2009), keuntungan dari self assessment, adalah; (1) membantu siswa menjadi lebih kritis mengenai hasil kerjanya; (2) membantu siswa dalam pekerjaannya; dan (4) menjadikannya sebagai bukti dari proses penilaian. Menurut Zulharman (2007), self assessment dapat digunakan untuk membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan menilai serta mengkritisi proses dan hasil belajarnya; dan sebagai syarat yang diperlukan dalam sebuah proses pembelajaran untuk memutuskan kelulusan. Menurut Isaacs (2006), self assessment dapat digunakan untuk beberapa hal berikut:
1)      Membantu mengembangkan kemampuan siswa dalam menilai pekerjaannya sendiri dan menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan secara kritis serta mengaplikasikan kriteria penilaian tersebut setelah dinegosiasikan bersama guru
2)      Membantu siswa dalam meningkatkan mutu belajarnya dengan melihat kekurangan dan kelebihan pada proses dan hasil belajar sebelumnya.
3)      Sebagai salah satu cara untuk memberikan umpan balik atau pekerjaan siswa tanpa membebani pekerjaan guru.
4)      Sebagai salah satu cara menentukan nilai atau tingkatan kemampuan siswa untuk tujuan sumatif.
Menurut Spiller (2009; 4-5), pentingnya self assessment dalam kegiatan pembelajaran antara lain sebagai berikut:
1)      Self assessment membangun kecenderungan alamiah siswa untuk memantau kegiatan belajarnya.
2)      Pembelajaran selanjutnya hanya mungkin dilakukan setelah pengenalan apa yang dibutuhkan untuk dipelajari.
3)      Jika siswa dapat mengidentifikasi kemajuan belajarnya, hal ini mampu memotivasi siswa pada pembelajaran berikutnya. Klenowski’s (Ross, 2006) mengatakan bahwa self assessment adalah evaluasi atau keputusan dari sebuah penilaian kinerja dan mengetahui kemampuan siswa, dengan maksud untuk meningkatkan hasil kinerja yang akan datang.
4)      Self assessment memberikan refleksi pada hasil belajar siswa sendiri.
5)      Self assessment dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan kemandirian pelajar.
6)      Tugas-tugas self assessment dapat mendorong siswa merasa lebih memiliki pembelajaran.
7)      Self assessment lebih menekankan pada penilaian formatif.
8)      Self assessment menganjurkan fokus terhadap proses.
9)      Self assessment mengakomodasi keanekaragaman , kesiapan , pengalaman dan latar belakang pelajar.
10)  Self assessment dapat mengubah paradigma pendidikan dari penilaian yang hanya berfokus pada guru, kini dapat melibatkan penilaian yang ditekankan pada siswa.
11)  Self assessment merubah kebudayaan yang umum dimana siswa melaksanakan tugas-tugas penilaian semata-mata hanya memenuhi keinginan guru.
12)  Self assessment yang telah di judgement bersama dapat membantu siswa bertanggungjawab dengan pembelajaran selanjutnya, sehingga dengan self assessment dapat membantu siswa menyelesaikan kesulitan belajarnya.
13)  Kriteria yang dibuat siswa, dapat membantu siswa mencapai nilai maksimal yang siswa inginkan.

c.       Implementasi Self Assessment
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan ketika menggunakan self assessment ini adalah sebagai berikut:
1)      Self assessment tidak tertutup dari jenis penilaian yang lain. Self assessment merupakan sebuah penilaian proses yang kontinu sehingga dapat digunakan siswa sebagai bagian dari sebuah pembelajaran. Self assessment juga dapat dikolaborasi dengan assesmen lain.
2)      Pelaksanaan self assessment harus berkaitan dengan hasil yang ingin dicapai.
3)      Berikan bantuan yang intensif untuk siswa ketika melakukan asesmen dan juga perhatikan feedback yang diberikan
d.      Evaluasi Self Assessment
Menurut Issaccs (dalam Resta, 2006 ), setelah siswa menyatakan laporan maka guru dapat menyerahkan umpan balik yang relevan bagi siswa. Umpan balik dapat berupa nilai atau tanggapan-tanggapan yang dapat menjadi refleksi kemampuan siswa. Salah satu yang paling menarik dalam self assessment adalah pemberian feedback oleh diri sendiri. Feedback tersebut sangat dibutuhkan untuk membuat siswa dapat memantau dan mengetahui sejauh mana kriteria telah berhasil dicapai (Spiller,2009: 7-8). Pada tahap ini cobalah untuk tidak memberikan feedback kepada siswa tetapi diskusikan feedback tersebut dengan siswa, dengan kata izin hindari pemikiran siswa yang tdak mengerti dengan pembelajaran yang dilaksanakan tetapi usahakan mengidentifikasi beberapa hal atau masalah yang dapat memberikan perubahan pada pelaksanaan self assessment berikutnya. Gunakan bentuk evaluasi yang lebih beragam seperti penggunaan kuesioner dan lain sebagainya.
e.       Reliabilitas dan Validitas Self Assessment
Reliabilitas adalah besarnya konsistensi dari sebuah nilai yang dihasilkan oleh sebuah alat evaluasi, walaupun diterapkan dalam kondisi waktu yang berbeda. Penelitian dari Blatchford (Ross, 2006) mengatakan bahwa self assessment yang baik adalah self assessment yang disepakati baik antara siswa dan guru. Mempertahankan reliabilitas dalam sebuah self assessment adalah kesepakatan dari konsistensi tugas dan konsistensi seluruh kriteria penilaian. Kesepakatan tersebut didapatkan dari pelatihan yaitu negosisasi kriteria penilaian dan tugas yang akan dilakukan agar siswa lebih mengerti dengan tugas yang harus dilakukan. Ross (2006) mengatakan assesment
yang kuat adalah assesment yang dapat dimengerti oleh siswa dan memberikan konsitensi disetiap poinnya, sehingga diperlukan adanya penjelasan dari guru agar keterbatasan rubrik oleh siswa lebih jelas.
            Ross (2006) validitas dalam self assessment ditandai dengan keakuratan antara penilaian guru dan penilaian diri sendiri. Penelitian sebelumnya menghasilkan bahwa penelitian diri sendiri lebih tinggi dibandingkan penilaian guru. Validitas dari self assessment dapat menunjukkan perbedaan antara penilaian guru dan penilaian diri siswa, dengan demikian siswa lebih mengetahui kelebihan dan kelemahannya sehingga dapat menjadi perbaikan di pembelajaran mendatang. Osmond (2004) bahwa siswa dapat membandingkan penilaian miliknya dengan penilaian guru untuk melihat efektifitas seberapa besar siswa dapat menilai diri siswa dalam kriteria yang sama, sehingga dapat terlihat feedback yang tepat bagi siswa.
            Menurut Boud (Spiller, 2009) dalam pelaksanaan self assessment ada beberapa ciri yang menandakan bahwa pelaksanaan self assessment tersebut dapat dikategorikan sebagai pelaksanaan self assessment yang baik atau pelaksanaan self assessment yang buruk. Berikut adalah ciri-ciri yang menandakan pelaksanaan self assessment yang baik atau buruk :
Tabel 2.1 Ciri-ciri dari pelaksanaan Self assessment dan Pelaksanaan Self Asessment Buruk
Pelaksanaan Self assessment yang Baik
Pelaksanaan Self assessment yang Buruk
Tujuan mengadakan self assessment adalah untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa.
Bertujuan hanya untuk keperluan instansi/lembaga atau keperluan lain yang tidak berhubungan dengan peningkatan kemampuan siswa.
Siswa berasumsi bahwa self assessment dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
Siswa berasumsi bahwa self assessment adalah proses pembelajaran yang membosankan sehingga akan lebih baik bila siswa belajar atau bermain di tempat lain.
Siswa dilibatkan pada pembuatan kriteria
Siswa hanya menggunakan kriteria yang telah dibuat orang lain
Peraturan dalam pelaksanaan self assessment membuat siswa meningkatkan motivasi belajar.
Peraturan yang dibuat adalah suatu pemaksaan.
Siswa dapat mengetahui permasalahanya dalam belajar dan dengan self assessment siswa dapat memperbaiki kesalahan siswa.
Siswa tidak melihat kelemahan belajarnya karena siswa hanya menganggap self assessment sebagai proses pembelajaran.
Siswa dapat memberikan pendapat tentang ketidak pahamnya terhadap kriteria penilaian dan siswa dapat ikut berpendapat tentang kriterian penilaian.
Asessment yang digunakan bersifat kaku sehingga siswa memandang skala penilaian tidak jelas maksud dan tujuannya.
Seluruh siswa dapat menyerap pembelajaran secara total.
menyampingkan beberapa orang yang dinilai rendah.
Guru dapat berbagi kontrol pembelajaran dengan siswa terhadap assesment yang digunakan.
Kontrol pembelajaran hanya dilakukan oleh guru (termasuk dalam apresiasi  pengembangan assesment)
Aktivitas self assessment dapat memberikan umpan balik kepada siswa bagaimana caranya untuk belajar.
Tidak ada umpan balik terhadap persiapan pembelajaran kedepan.
Pelaksanaan self assessment dapat memberikan hasil berupa perbedaan gaya- gaya belajar siswa dan perbedaan hasil antar gender.
Menyimpulkan bahwa pembelajaran siswa adalah sama.

Evaluasi data dan hasil yang diterima dapat membuat kemajuan belajar bagi siswa.
Evaluasi tidak memberikan manfaat bagi siswa.

f.       Kendala-kendala yang terjadi dalam pelaksanaan Self assessment
            Penelitian yang telah dilakukan oleh Zulharman (2007) mengenai penerapan self assessment di institusi peneliti menemukan beberapa kendala diantaranya kemampuan siswa dalam menilai diri yang masih kurang, siswa masih tidak serius dalam melakukan penelitian diri, siswa merasa rendah diri dengan penelitian yang dilakukan, siswa dapat terganggu dengan pengaruh luar yang dapat berimplikasi pada pelaksanaan assesmen, siswa masih menggangap penilaian sebagai tugas dosen atau guru, dan siswa tidak mengerti dengan kriteria penilaian yang ditetapkan. Kendala yang dihadapi oleh Boud (Spiller, 2009) saat melakukan self assessment, antara lain; (1) Siswa frustasi dengan proporsi jumlah waktu yang tersedia untuk proses negosiasi pelaksanaan self assessment; (2) Beberapa siswa meragukan kemampuanya dalam menilai kinerja maupun hasil belajarnya sendiri; (3) Siswa takut jika kekuranganya terlihat oleh yang lain.
            Dalam pelaksanaan self assessment siswa hanya dapat menilai diri sendiri ketika siswa cukup mendapat gambaran yang jelas dari tujuan/target pembelajaran yang harus siswa dicapai. Apabila siswa memperoleh gambaran, kemudian siswa menjadi lebih termotivasi dan lebih efektif sebagai peserta didik maka penilaian terhadap diri sendiri akan menjadi sebuah obyek diskusi dengan guru siswa dan temanya, dan lebih mencerminkan bahwa dirinya sangat penting dalam pembelajaran (Black dan William, 1998). Kunci dari kemampuan dalam meningkatkan pembelajaran dan kinerja siswa adalah melibatkan siswa untuk merefleksi, mengevaluasi kinerja siswa, apa yang siswa pelajari dan mengidentifikasi cara belajar dan kinerja siswa. Pembelajaran self assessment akan membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan dan kebiasaan untuk merefleksi diri sendiri sehingga siswa dapat mengembangkan menjadi pemantau diri dan mengatur dirinya sendiri.  




BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Kesimpulan dari makalah ini diantaranya sebagai berikut:
1.      Digital assessment merupakan alat evaluasi berbasis elektronik yang mempunyai beberapa kelebihan yaitu (a) Penilaian dapat dilakukan dengan mudah, otomatis, dan dapat dilakukan secara terjadwal teratur jika memungkinkan, (b) dapat disisipkan berbagai macam multimedia, seperti video, klip suara, dan lain–lain, (c) Siswa yang mempunyai tulisan yang kurang bagus dapat menghasilkan jawaban tes dalam bentuk dokumen yang bagus, (d) hasil dari tes dapat diketahui secara langsung, (e) e-assessment sangat ramah lingkungan karena tidak membutuhkan banyak kertas, (f) dapat mengikutsertakan lebih banyak pembelajar karena E-Assessment memanfaatkan teknologi yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
2.      self assessment adalah sebuah proses dimana pelajar memiliki tanggung jawab untuk menilai hasil belajarnya sendiri dan dapat digunakan untuk membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan menilai serta mengkritisi proses dan hasil belajarnya.
3.      Digital Assessment merupakan alat evaluasi yang mudah dalam mensosialisasikan kriteria self assessment.
4.      Jenis digital assessment yang dapat digunakan dalam self assessment adalah jenis CAA (Computer Assissted Assessment).  Proses dari CAA meliputi membuat rencana, diskusi, hal yang dibangun, pengukuran, analisis, dan refleksi.
5.      Digital assessment merupakan alat evaluasi yang melibatkan siswa secara langsung, mempunyai pengidentifikasian kriteria penilaian yang sesuai dengan indikator, dan memberikan feedback langsung. Kriteria tersebut merupakan poin-poin penting dari self assessment.
           
B.     SARAN
Bagi guru yang akan melaksanakan sistem self assessment dengan memanfaatkan E-Assessment, sebaiknya guru dapat memahami kendala yang terjadi selama proses pelaksanaan self assessment. Agar dapat meminimalisir kendala yang terjadi selama pelaksanaan self assessment maka guru harus membuat peraturan yang tegas terhadap siswa yang melakukan pelanggaran, baik dalam penyerahan tugas maupun dengan kejujuran dalam menilai diri sendiri. Agar siswa dapat lebih jujur maka disarankan guru untuk tidak mengatakan bahwa self assessment tersebut tidak mempengaruhi nilai raport tetapi sebagai alat bantu siswa belajar, sehingga siswa tidak perlu berbohong dengan cara melebihkan penilaian dari kemampuan yang sebenarnya.



DAFTAR PUSTAKA

Black, P dan William, D. 1998. Raising Standards Through Classroom Assessment. Tersedia: http://www.oecd.org/dataoecd/26/43/40756772.pdf. Diakses pada Oktober 2011.


Doukas, Nikolaus. 2007. Advancing Electronic Assessment. Tersedia: http://citeseerx.ist.psu.edu, diakses Desember 2010.


Garfield, J, B. 1994. Beyond Testing and Grading Using Assessment to Improve Student Learning (online). Tersedia: http://www.amstat.org/publications/jse/v2n1/garfield.html, diakses Oktober 2011.


Orsmond, P. 2004. Self and Peer Assessment: Guidance on Practice in The Biosciences. Dalam Teaching Bioscience Enhancing Learning Series. Tersedia: http://www.bioscience.heacademy.ac.uk/ftp/teachingguides/fulltext.pdf. Diakses pada Oktober 2011.


Pead, D, A. 2010. On Computer-Based Assessment Of Mathematics. Thesis University of Nottingham


Pike, H,B. 2009. Rewarding Teaching Excelence. Melbourne: State of Victoria (Department of Education and Early Childhood Development).


Resta, Paul. 2006. Online Peer and Self Assessment in Virtual Teaming. Tersedia: http://www.edb.utexas.edu/cscl/2010/readings/Resta_Lee.pdf. Diakses pada Oktober 2011.


Sa’dijah, Cholis. 2007. Asesmen Kinerja Dalam Pembelajaran Matematika. Tersedia: http://jurnaljpi.files.wordpress.com/2009/09/vol-4-no-2-cholis-sadijah.pdf, diakses Oktober 2011.



Scalise, K. & Gifford, B. (2006). Computer-Based Assessment in E-Learning: A Framework for Constructing “Intermediate Constraint” Questions and Tasks for Technology Platforms. Journal of Technology, Learning, and Assessment, 4(6).  Retrieved [October 2011] from http://www.jtla.org


Smadi, M. 2008. Past present and Future of e-Assessment:Towards a Flexible e-Assessment System. Journal Conference ICL 2008. Vol 26,1-8.


Spiller, D. 2009. Assessment Matters: Self Assessment & Peer Assessment. Tersedia: http://www.waikato.ac.nz/tdu/pdf/booklets/8_SelfPeerAssessment.pdf. Diakses pada Oktober 2011


Wang, Hong. 2009. Computer-Based & Paper-Pencil Test Comparability Studies. Tersedia:www.pearsonassessments.com/NR/rdonlyres/.../0/Bulletin_9.pdf, diakses  Desember 2010.


Wang, Hong. 2010. Comparability of Computerized Adaptive and Paper-Pencil Tests, Tersedia: www.pearsonassessments.com/NR/rdonlyres/057A4A04.../Bulletin_13.pdf, diakses  Desember 2010.


Zulharman. 2007. Self dan Peer Assessment sebagai penilaian formatif dan sumatif. Tersedia: http://zulharman79.wordpress.com/2007/05/29/self-dan-peer-assessment-sebagai-penilaian-formatif-dan-sumatif/, diakses pada Oktober 2011.


 By Yurizka Melia Sari (083174014)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar